Sabtu, 05 Desember 2009

january 22nd

January 22nd, 2009
WE WILL NOT GO DOWN (Song for Gaza)
Composed by Michael Heart Download MP3 renew link

Lirik: Song for Gaza, We Will Not Go Down
A blinding flash of white light
Lit up the sky over? Gaza? tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive
They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
Women and children?alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right
But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
2 Comments | Cerpen Dewasa, Cerpen Remaja, Cerpen Semua Umur
November 11th, 2008
Mengenalkan Dunia Nyata pada Anak

Artikel Majalah Ummi Foto dok masanam
Oleh: Retno Wi
Mobil yang membawa rombongan mulai memasuki hutan karet di daerah Kongsi Delima Jember. Tandanya kami sudah semakin dekat dengan kamp pengungsian para korban banjir. Suasana rindang dan sejuk mampu menghilangkan perasaan tidak nyaman selama melewati jalanan terjal. Dan perjalanan kali ini begitu istimewa. Bukan karena keelokan suasana hutan karet melainkan kesertaan beberapa anak kecil di dalam rombongan relawan. Yang pasti, mereka bukanlah anak-anak korban bencana yang menumpang melainkan anak-anak dari para relawan yang memang sengaja diajak untuk terjun ke daerah bencana.
Mobil berhenti di sebuah pos. Kaki-kaki kecil itu segera turun dengan hati-hati. Sambil menunggu para relawan menurunkan barang-barang, mata kecil mereka menikmati rindangnya pohon-pohon karet yang berdiri berjajar. Tak ada nada keluh dari bibir mereka meskipun hampir setengah jam kami melewati jalan yang penuh batu-batu. Setelah semua barang siap, bergegas kami berjalan menuruni lereng bukit. Termasuk anak-anak itu. Dengan hati-hati mereka berjalan karena jalanan begitu licin. Hanya seorang anak paling kecil yang digendong. Setelah menyeberangi sungai dengan melewati jembatan bambu, kami masih harus naik ke tempat yang lebih tinggi untuk mencapai lokasi.
Tenda-tenda terpal mulai terlihat. Beberapa anak kecil langsung berlari sambil berteriak, “Bu Guru datang! Bu Guru datang!” Mereka juga menyambut anak-anak para relawam dengan akrab. Tak peduli kalau mereka belum pernah bertemu sebelumnya. Suasana hangat dan menyatu terjadi begitu alami. Mereka tertawa dan bermain bersama. Termasuk ketika Tim Trauma Healing mengajak mereka mengaji dan menggambar, anak-anak relawan pun ikut menjadi peserta.

Menyaksikan peristiwa itu saya akhirnya berpikir bahwa ada kalanya kita harus mengenalkan dunia lain kepada anak-anak. Biasanya ketika berbicara tentang dunia anak, cenderung identik dengan kenyamanan, keceriaan, dan upaya tumbuh kembang yang optimal. Orangtua akan melakukan apa saja agar anak-anak tumbuh cerdas, sehat, dan aman. Tak peduli berapa rupiah harus keluar untuk membekali anak-anaknya agar tanggap dengan kemajuan teknologi, berprestasi pada semua bidang atau sekadar menjadi juara di sekolah. Semua fasilitas seperti buku dan komputer, guru privat disediakan untuk bisa mewujudkannya. Bahkan orangtua cenderung over protective kepada anak-anaknya.
Tentu tidak ada yang salah dari upaya para orangtua tadi. Orangtua mana yang tidak ingin anaknya memiliki prestasi lebih? Namun ada hal yang sering dilupakan oleh para orangtua. Bahwa anak-anak mereka seharusnya juga memiliki kecerdasan dan kepekaan sosial. Mereka harus mulai dikenalkan dengan realitas masyarakat yang sebenarnya. Bahwa ada di antara mereka yang hidup dengan segala keterbatasan. Bahwa ada sekelompok orang yang harus hidup di tenda-tenda pengungsian. Bahwa ada teman-teman seusianya yang tidak bisa sekolah. Bahwa ada teman-temannya yang tidak lagi mempunyai orangtua dan saudara.
Bagaimanapun, anak-anak kita adalah aset peradaban masa depan. Tak cukup kalau mereka hanya kita bekali dengan segala kecanggihan teknologi. Jangan pula merasa puas saat mereka memiliki IQ tinggi dan berprestasi gemilang di dunia akademik. Mereka adalah calon pemimpin yang harus memahami kondisi masyarakatnya. Mereka harus mulai mengenal realitas sosialnya sejak dini. Jadi, biarkan mereka mengenal dunia. Mungkin saat ini mereka tidak begitu memahami apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, mereka telah mulai melihat dan mengenal sebuah dunia lain yang belum terbayangkan sebelumnya.
4 Comments | Artikel
September 25th, 2008
Met Menjalankan Ibadah Ramadhan
Istana Cerpen mengucapkan Selamat Menjalankan Ibadah Ramadhan
Semoga puasa, tarawih, tilawah, zakat, infaq, dan segenap amalan kita diterima ALLAH SWT.
Amin ya robbal ‘alamin
Add a comment | Uncategorized
July 23rd, 2008
Balada Sebuah Tugas Statistik

[ Cerpen Deteksi Jawa Pos, Senin, 21 Juli 2008 ]
Oleh Retno Wi
Brakk!!…
Pintu terbuka dengan keras. Sepi. Tak ada siapa-siapa di dalam. Pasti, sebab, penghuni lain sibuk dengan aktivitas di tempat kerja masing-masing. Termasuk dia, kalau saja dia tidak teringat satu hal. Sungguh dia menyesal kenapa tidak menuruti nasihat orang-orang di sekitarnya. Ah, seandainya aku memasang alarm di ponselku. Seandainya aku menuliskan di papan. Seandainya aku…
Oh, mengapa aku mesti menjadi orang pelupa? Bukankah aku masih muda? Apa memang memori otakku terbatas? Aku ingat, otak punya memori yang sangat besar. Setidaknya, aku masih ingat beberapa hal yang aku lakukan di waktu kecil. Artinya, aku masih mampu merekam dengan baik kejadian 15 tahun lalu. Bukankah itu hebat. Tapi, mengapa aku lupa dengan semua tugas yang baru diberikan seminggu lalu? Orang bilang semua itu karena keteledoranku. Benarkah aku teledor? (more…)
17 Comments | Cerpen Remaja
July 20th, 2008
Cerpen Anak; Misteri Pisang yang Hilang
Cerpen Anak: Pisang yang Hilang
Pagi mulai menyapa Hutan Kedamaian. Lengkung matahari mengintip di balik bukit di seberang danau. Cahaya emas itu menerobos pohon, dahan, ranting dan daun. Menggugurkan tetes-tetes embun ke tanah basah. Menebarkan bau tanah dan rumput yang berbasah embun, menyatu dengan aroma aneka kembang pengisi hutan. Sungguh segar hawa pagi itu. Japut tak ingin melewatkan pagi indah itu sendirian. Segera ia keluar kandang, mengepak-kepakkan sayap, menarik-narik kakinya yang berjalu , lalu berkokok dengan keras.
“Kukuk..Kukuruyuu…uk!!”
“Kukuk..Kukuruyuu…uk!!”
Suaranya menggema ke penjuru langit dan memantul kembali ke bumi. Pohon-pohon memantulkan kokoknya menembus dinding rumah penghuni hutan. Gemanya mengabarkan ke seluruh penghuni Hutan Kedamaian bahwa pagi telah datang.
(more…)
6 Comments | Cerpen Anak
July 20th, 2008
Cerpen Anak; Si Hitam Pemalas
Cerpen Anak: Retno Wi

Kukuruyuuu…uk!
Kukuruyuuu…uk!
Si Jago Putih berkokok keras. Suaranya memanjang, menembus butanya pagi yang dingin. Gaungnya memanggil fajar yang sebentar lagi muncul menggantikan gelap. Ini adalah tugasnya sehari-hari sebagai pimpinan kandang. Berkokok menjelang fajar untuk membangunkan semua penghuni. Suasana kandang yang senyap langsung riuh. Beberapa induk ayam mulai membangunkan anak-anaknya.
Kukuruyuuu….uk!
Kukuruyuuu…uk!
“Ayo, Bangun! Bangun!” Si Lurik berkokok, membangunkan anak-anaknya yang pulas terlelap.
“Aahh…! Sudah pagi ya?” dengan mata setengah terpejam, anak Si Lurik menguap lebar.
“Sebentar lagi fajar akan datang dan cakrawala muncul dari timur. Artinya rejeki kita juga akan datang.”
Beberapa anak ayam itu pun menggeliat dan memicingkan mata. (more…)
2 Comments | Cerpen Anak
Next »

Tidak ada komentar:

Posting Komentar